Selasa, 06 Mei 2014

Hepatitis, Penyakit Mematikan yang Penanganannya Masih Tersandung Dana

Hepatitis adalah penyakit radang hati yang gejalanya kerap tidak disadari. Meski demikian, dampak penyakit tersebut bisa sangat mematikan seperti menyebabkan sirosis atau kanker hati. Bahkan, kini hepatitis dikelompokkan ke dalam jajaran penyakit infeksi paling mematikan di dunia.

"Dua jenis hepatitis yang benar-benar menyebabkan masalah serius bagi masyarakat ialah hepatitis B dan C, dengan 1,4 juta kematian setiap tahunnya. Detilnya 800.000 meninggal akibat hepatitis B dan sisanya hepatitis C. Ini menurut versi WHO tahun lalu," tutur Dr David Muljono, Kepala Penyakit Menular yang Sedang Timbul di Institut Eijkman, Jakarta.

David juga menuruturkan bahwa hepatitis menempati peringkat ketiga dunia sebagai penyakit infeksi penyebab kematian paling banyak. Posisi tersebut di bawah infeksi pernapasan dan HIV/AIDS. Jumlah kematian akibat infeksi pernapasan, HIV/AIDS, dan hepatitis berturut-turut adalah 2,8 juta, 1,5 juta, dan 1,4 juta. 

Mengapa hepatitis mematikan? Hepatitis mematikan lantaran memicu siriosis maupun kanker hati. Seperti tertuang dalam World Cancer Report 2014, kanker hati merupakan kanker nomor dua yang paling banyak menyebabkan kematian di seluruh dunia. 

"Dua bulan yang lalu buku World Cancer Report 2014 ini dirilis," terang dokter yang pernah mendapat Medali Satyalancana Karya Satya dari Presiden Indonesia itu. Ia menambahkan, "Dan kini kanker hati menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling banyak menyebabkan kematian di seluruh dunia." 

Tak hanya itu saja, data juga menunjukkan bahwa di Asia Pasifik, penyebab kematian tertinggi karena penyakit infeksi adalah hepatitis. Posisi tersebut kemudian diikuti oleh tuberkolosis. Meski demikian, lanjut David, dana yang dialokasikan WHO untuk menanggulangi hepatitis tergolong minim dibanding alokasi untuk penyakit lain. 

"Kontras dengan situasi dunia, dana untuk hepatitis sangat kecil. Hal ini dikarenakan masalah terkait hepatitis kerap tak disadari. Tetapi untungnya kini perlahan orang-orang mulai mengerti," terangnya dalam Seminar Penelitian Inovatif Australia-Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada pada Senin (5/5/2014).

-Artikel ini muncul pertama kali di DetikHealth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar